Essay adalah karangan prosa yang membahas suatu masalah tertentu melalui sudut pandang penulis. Essay bersifat subjektif dan mengandung fakta serta opini dari penulis. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan esai sebagai sebuah tulisan prosa yang memberikan pandangan singkat tentang suatu isu dari perspektif pribadi penulis. Secara garis besar, esai menyampaikan informasi, gagasan, argumen, serta ekspresi emosi penulis tentang subjek tertentu. Essay biasanya ditulis dalam bentuk prosa, yang artinya menggunakan bahasa sehari-hari. Dalam menulis esai, penulis dapat dengan bebas mengungkapkan pendapat, pandangan, pikiran, dan penilaian dari penulis itu sendiri sehingga setiap karya Essay memiliki ciri khasnya masing-masing atau memiliki Identity dari penulis.
Beberapa langkah dalam pembuatan Essay:
1. Tentukan Tema/Topik: Lakukan riset dan kumpulkan data terkait Tema/Topik tersebut.
2. Susunlah bagian-bagian Essay yang akan disampaikan yang terdiri dari
- Pendahuluan: Penulis memberi pengantar atau gambaran kepada pembaca terkait topik yang akan dibahas, sebaiknya dibuat sesingkat mungkin namun menarik dan tetap jelas
- Isi: Penulis menuliskan argumen-argumennya yang disertai dengan bukti/data yang relevan dengan sub-topik yang dibahas. Bagian isi ini lebih membahas solusi pemecahan masalah dari yang telah dikemukakan di bagian pendahuluan
- Penutup: Penulis memberi kesimpulan dari keseluruhan essay
3. Melakukan penyuntingan atau koreksi kembali setelah membuat essay
4. Mencantumkan sumber dari data yang digunakan
Berikut adalah Contoh Essay yang saya buat sendiri...
* Lampiran Essay dibawah ini pernah saya lombakan sewaktu event "Sebelas Maret Education Fair (SEF) 2015" dengan Tema "Optimalisasi Peran Pemuda dalam Menyiapkan Generasi Unggul dan Berkarakter"
Judul Essay: “Kolaborasi Pemuda Dan Peran Pendidikan Dalam Mengahadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015”
ASEAN merupakan kekuatan ekonomi ketiga terbesar setelah Jepang dan Tiongkok, di mana terdiri dari 10 Negara yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, thailand, Brunei Darussalam, Vietnam, Laos, Myanmar, dan Kamboja. Dengan mengusung “Satu Visi – Satu Identitas – Satu Komunitas” yang menjadi tujuan dan komitmen bersama yang hendak diwujudkan oleh ASEAN tahun 2020 nanti. Tetapi mungkinkah cita-cita ini dapat diwujudkan oleh anggota negara-negara ASEAN dalam kurun waktu yang kurang dari satu dasawarsa lagi?. Maka hal inilah yang menjadi pertanyaan besar seluruh negara yang menjadi anggota ASEAN.
Pada Desember 1997 di Kuala Lumpur, Malaysia para pemimpin ASEAN mengadakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) yang melahirkan sebuah kesepakatantan. Kesepakatan ini bertujuan meningkatkan daya saing ASEAN sebagai sebuah pasar tunggal dan kesatuan basis produksi dimana terjadi arus bebas (free flow) : barang, jasa, investasi, tenaga kerja, dan modal serta bisa menyaingi Jepang dan Tiongkok untuk menarik investasi asing yang dibentuk dalam suatu komunitas yang disebut Masyarakat Ekonomi Asean / Asean Economic Community (MEA) yang akan diterapkan akhir 2015 nanti (Tambunan, 2013).
Sebagai salah satu anggota negara ASEAN, Indonesia dihadapkan pada peluang, tantangan, dan risiko dengan adanya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) ini. Salah satu tantangan yang harus dihadapi indonesia adalah tantangan pasar tenaga kerja yang antara lain Kompetensi tenaga kerja yang masih rendah, Produktivitas tenaga kerja yang juga rendah, Tingkat pengangguran yang semakin tinggi yakni sekitar 7,4 juta orang dan penyebaran tenaga kerja yang tidak merata.
Ini merupakan tantangan terbesar yang harus segera diatasi untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) nanti. Jika diperhatikan kembali hal-hal diatas dikarenakan oleh Sumber Daya Manusia yang tidak berkualitas. Untuk itu pemerintah dituntut untuk segera mempersiapkan langkah & strategi menghadapi ancaman “Masyarakat Ekonomi Asean” dengan menyusun dan menata kembali kebijakan-kebijakan nasional yang diarahkan agar dapat lebih mendorong dan meningkatkan daya saing (competitiveness) sumber daya manusia dan industri di Indonesia. Taraf daya saing nasional ini perlu segera ditingkatkan mengingat bahwa berdasarkan Indeks Daya Saing Global 2010, tingkat daya saing Indonesia hanya berada pada posisi 75 atau jauh tertinggal dibanding Vietnam (posisi 53) yang baru merdeka dan baru bergabung ke dalam ASEAN (Academia.edu/Langkah & Persiapan Menghadapi Era Pasar Bebas Asean, 2015).
Hal yang paling mendasar yang perlu diperhatikan adalah penyebab utama mengapa Sumber Daya Manusia di Indonesia masih belum mampu bersaing secara global. Salah satu penyebabnya adalah peran dunia pendidikan. Apakah dunia pendidikan sudah memberikan pengaruh besar pada SDM di Indonesia? Jika tidak, apa yang harus kita lakukan. Sebagai warga negara indonesia terutama para pemuda indonesia, kita harus ikut berkolaborasi dalam mewujudkan tujuan dari peran dunia pendidikan. Dimana peran dunia pendidikan ini adalah untuk menciptakan Sumber Daya Manusia yang berpendidikan dan berkualitas yang mampu bersaing secara global namun tetap berjiwa lokal.
Peranan dunia pendidikan yang berlaku dan diterapkan selama ini seakan tidak pernah menunjukkan kemajuannya. Dimana sudah ada sebuah sistem terjadwal yang mengharuskan para siswa mengikuti semua mata pelajaran yang bahkan mereka sendiri tidak mengetahui fungsi dan tujuan dari pembelajaran tersebut. Dengan tujuan mendapatkan Ijazah mereka harus patuh dan tunduk akan semua peraturan yang sudah ditetapkan. Padahal, Pendidikan adalah sebuah proses dimana seseorang dididik agar dapat memiliki kualitas moral dan keahlian yang nantinya akan berguna bagi kemajuan negara ini yang tentunya akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. “Kenapa harus belajar pelajaran Ekonomi jika pada akhirnya aku akan masuk sekolah kesehatan?” mungkin pertanyaan seperti inilah yang sering muncul dibenak para pelajar selama ini.
Akibat sistem pendidikan yang seperti ini banyak siswa yang kebingungan dan tidak bisa menentukan cita-cita mereka ke depannya. Contohnya, Saat mereka belajar Bahasa Inggris mungkin diantara para siswa itu ada yang berpikir ingin menjadi seorang penerjemah tetapi saat siswa itu mengikuti pelajaran Geografi mungkin saja dia akan tertarik untuk menjadi seorang peneliti yang ahli dalam ilmu kebumian tersebut. Kemungkinan seperti inilah yang menyebabkan sebagian besar diantara mereka baru mengenali bakat dan minat mereka saat duduk di bangku SMA. Bahkan lebih parahnya, ada yang baru menentukan profesi yang diinginkannya saat mendekati waktu pendaftaran kuliah.
Hal seperti inilah yang pernah saya alami. Sejak masih duduk di bangku sekolah dasar saya harus mempelajari mata pelajaran yang tidak ada hubungannya dengan cita-cita saya menjadi perawat. Jenjang pendidikan yang memfokuskan pada minat dan bakat sebenarnya hanyalah jenjang pendidikan terakhir yaitu Perguruan Tinggi. Kenapa saya hanya menyebut Perguruan Tinggi dan tidak menyebutkan SMK? Itu karena saat memasuki jenjang perkuliahan, tidak semua siswa SMK akan mengambil jurusan yang sama dengan jurusan yang dipelajarinya sewaktu SMK. Tentu hal ini akan sangat mempengaruhi potensi dari siswa tersebut. Hal inilah yang menyebabkan potensi dari sumber daya manusia di Indonesia dapat dikatakan tidak berkualitas.
Untuk mengatasinya, sistem pendidikan seharusnya dirubah. Tetapi yang dapat kita lihat sekarang ini bukan sistem pendidikannya yang dirubah tetapi kurikulumnya yang dirubah. Kenapa KTSP 2006 yang menurut saya sudah baik harus dirubah dan digantikan dengan Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 ini sangat menekankan kepada kemandirian para peserta didik untuk memahami pelajaran. Tetapi apakah perubahan kurikulum yang diterapkan secara tiba-tiba ini bisa diterima oleh seluruh peserta didik di Indonesia. Jika dilihat dari faktor usia saja, mungkinkah seorang anak kelas 1 SD mampu untuk belajar mandiri tanpa bimbingan seorang guru?. Lalu apa gunanya guru? Kenapa saat guru sudah tidak terlalu terbebani dengan mengajar, masih ada saja program sertifikasi guru? Bukankah lebih baik jika dana tersebut digunakan untuk membiayai pendidikan anak-anak yang kurang mampu. Jika saja saya memiliki kewenangan dalam hal ini saya tidak akan mengganti kurikulum yang lama dengan yang baru tetapi mengembangkan dan berupaya untuk menyempurnakan kurikulum yang sudah ada.
Sistem pendidikan yang seharusnya diterapkan di Negara Indonesia adalah sebuah sistem pendidikan yang lebih menekankan kepada potensi yang dimiliki oleh para peserta didik sehingga potensi yang dimiliki mereka akan berkembang secara optimal. Namun tetap tidak membatasi pengetahuan mereka akan pendidikan karakter, moral, etika dan rasa cinta tanah air. Sistem pendidikan seperti ini sudah diterapkan di sebuah negara yang dijuluki negeri tirai bambu yaitu Cina. Sistem pendidikan yang diterapkan di Cina antara lain sangat memperhatikan keseimbangan antara aktivitas otak dan aktivitas fisik dengan memberikan porsi yang cukup besar untuk pendidikan jasmani dan pelajaran seni, pendidikan karakter untuk melatih tingkah laku pribadi dan keterampilan hidup sehari-hari dengan sikap dan tanggung jawab sebagai anggota sosial masyarakat dan serta rasa cinta air, jumlah mata pelajaran yang diberikan relevan dan berhubungan dengan kehidupan sehari-hari serta disesuaikan dengan kemampuan kognitif siswa, syarat kelulusan tidak ditentukan dengan ujian khusus seperti Ujian Nasional, meningkatkan daya kreativitas dan inovasi siswa untuk mengaplikasikan teori dalam kehidupan nyata dan pengabdian kepada negara melalui Integrated Practicum yang terdiri dari Pendidikan Ketrampilan dan Pengabdian Sosial Masyarakat (Fatimaningrum, 2012).
Sistem pendidikan seperti itulah yang seharusnya menjadi pedoman dan acuan untuk negara Indonesia. Selain menciptakan sistem pendidikan yang berkualitas, untuk meningkatkan kualitas SDM juga dibutuhkan adanya dukungan dan kerjasama dari berbagai pihak. Salah satunya adalah peran pemuda sebagai pelajar. Sebagai seorang yang memerlukan pendidikan, seorang pelajar seharusnya sadar akan kewajibannya untuk belajar. Sebisa mungkin pendidikan itu dimanfaatkan agar dapat berguna bagi masa depan dan untuk meningkatkan kualitas dirinya.
Selain itu, para pemuda Indonesia bukan hanya berperan sebagai pelajar atau peserta didik saja. Para pemuda Indonesia juga memegang peranan penting lainnya yaitu sebagai kekuatan moral, kontrol sosial, dan agen perubahan dalam segala aspek pembangunan nasional. Peran aktif pemuda sebagai kekuatan moral diwujudkan dengan menumbuhkembangkan aspek etik dan moralitas dalam bertindak pada setiap dimensi kehidupan kepemudaan, memperkuat iman dan takwa serta ketahanan mental-spiritual dan meningkatkan kesadaran hukum. Sebagai kontrol sosial diwujudkan dengan memperkuat wawasan kebangsaan, membangkitkan kesadaran atas tanggungjawab, hak dan kewajiban sebagai warga negara, membangkitkan sikap kritis terhadap lingkungan dan penegakan hukum, meningkatkan partisipasi dalam perumusan kebijakan publik, menjamin transparansi dan akuntabilitas publik, dan memberikan kemudahan akses informasi. Sebagai agen perubahan diwujudkan dengan mengembangkan pendidikan politik dan demokratisasi, sumberdaya ekonomi, kepedulian terhadap masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi, olahraga, seni, dan budaya, kepedulian terhadap lingkungan hidup, pendidikan kewirausahaan, serta kepemimpinan dan kepeloporan pemuda (Academia.edu/Peran Penting Generasi Muda).
Namun apa yang kita saksikan sekarang ini tidak mencerminkan itu semua. Kapan Negara ini akan maju jika tidak ada satupun pihak yang peduli. Janganlah kita mempertanyakan kinerja seorang presiden, seorang petinggi negara atau seorang pejabat pemerintah. Kenapa mempertanyakan hal yang tidak pernah kita pertanyakan pada diri kita sendiri?. Sebagai kaum Pemuda, bukankah kita adalah bibit-bibit Negara yang akan memimpin dan mengelola Negara ini kedepannya?.
Hanya dengan menumbuhkan kesadaran diri sendiri dan memulainya dari diri sendirilah yang perlahan-lahan akan mampu mengubah kondisi negara kita saat ini. Dengan adanya kolaborasi pemuda dan peranan dunia pendidikan yang berkualitas maka bukanlah tidak mungkin Indonesia akan mempunyai Sumber Daya Manusia yang mampu bersaing dan menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar