Sabtu, 23 Juli 2016

Penyakit Skizofrenia

Skizofrenia bisa dikatakan sebagai sebuah kondisi yang kronis. Sebab, penderitanya tidak dapat dilepaskan dari namanya pengobatan. Mereka harus mendapatkan perawatan seumur hidup mereka.


Skizofrenia dibedakan menjadi lima subtipe, yakni:

1. Paranoid

Orang yang mengalami hal ini akan sering berkhayal dan mengalami halusinasi, biasanya pada pendengaran. Penderitanya sering mendengar suara-suara pada telinganya, padahal suara itu tidak didengarkan oleh orang lain. Namun, fungsi intelektual dari penderitanya biasanya relatif normal. Jika seseorang mengalami paranoid, biasanya penderitanya biasanya lebih sering menunjukkan kemarahan, bersikap acuh tak acuh, dan cemas. Namun, hal ini masih bisa disembuhkan.

2. Katatonik

Orang yang mengalami subtipe dari skizofrenia ini seringkali melakukan kegiatan dan gerakan yang tidak berarti. Mereka juga akan menarik diri dari lingkungan sosial. Mereka lebih senang menyendiri dan tidak melakukan interaksi dengan orang lain.

3. Tidak teratur

Jenis skizofrenia ini ditandai dengan ucapan dan perilaku yang tidak teratur atau sulit dipahami, misalnya tertawa tanpa alasan yang jelas. Mereka juga sering meluapkan emosi yang tidak pantas. Selain itu, orang yang mengalami hal ini akan terlihat sibuk dengan pemikiran atau persepsi mereka sendiri. Sangat kecil kemungkinan untuk menyembuhkan jenis skizofrenia ini.

4. Diferentiatif

Dibandingkan dengan subtipe lainnya, jenis skizofrenia ini adalah jenis yang paling banyak dialami oleh para penderitanya. Gejala yang ditimbulkan merupakan kombinasi dari beberapa subtipe dari skizofrenia.

5. Residual

Orang yang mengalami hal ini biasanya tidak akan menunjukkan gejala-gejala positif dari penyakit skizofrenia, seperti berkhayal, halusinasi, tidak teratur dalam berbicara dan berperilaku. Biasanya, jenis penyakit ini akan terdiagnosa setelah salah satu dari empat subptipe skizofrenia telah terjadi.

Meski sudah dijelaskan mengenai subtipe dari penyaki skizofrenia, namun sangat sulit untuk menentukan jenis skizofrenia mana yang dialami oleh si penderita. Sebab, mayoritas dari penderita akan menunjukkan gejala-gejala yang hampir sama dengan penderita lainnya.

Namun, bila penderita sudah menunjukkan beberapa gejala yang dianggap sudah mewakili penyakit ini, maka pengobatan harus dilakukan dengan cepat. Sebab, bila tidak, hal ini dapat menimbulkan beberapa masalah lain. Seringkali, penderita ingin berbuat sesuatu yang dapat menyakiti dirinya sendiri. Bila hal itu tidak berhasil dilakukan, mereka mungkin akan mencoba untuk bunuh diri.


Gejala

Tanda dan gejala yang dialami oleh penderita skizofrenia seringkali dikaitkan dengan penyakit mental lainnya. Sebab, tanda dan gejala dari penyakit ini memang hampir sama dengan tanda dan gejala dari penyakit mental lainnya. Hal ini yang menyebabkan penyakit skizofrenia sulit untuk didiagnosis.

Tanda dan gejala dari penyakit ini dibagi menjadi tiga kategori:

1. Gejala positif

Fungsi otak dari penderita penyakit skizofrenia akan bekerja lebih aktif atau bisa dikatakan berlebihan. Hal ini menyebabkan otak bekerja dengan tidak normal. Akibatnya, penderita akan mengalami beberapa hal seperti berikut ini:

Berkhayal
Ini merupakan hal yang paling umum dialami oleh para penderita skizofrenia. Mereka memiliki keyakinan yang berbeda dengan orang normal. Mereka akan melihat realitas yang berbeda pula. Selain itu, penderita juga sering salah menafsirkan persepsi.

Halusinasi
Orang yang mengalami penyakit ini sering berhalusinasi. Mereka seringkali melihat atau mendengar hal-hal yang sebenarnya tidak ada.

Gangguan pikiran
Penderita skizofrenia akan kesulitan berbicara dan mengatur pikirannya sehingga hal ini mengganggu kemampuan berkomunikasi.

Perilaku tidak teratur
Orang yang mengalami skizofrenia sering berperilaku aneh, seperti anak kecil yang melakukan hal-hal konyol.

Selain keempat hal di atas, para penderitanya juga sering curiga dan mereka seolah-olah berada di bawah pengawasan yang ketat. Hal itu menyebabkan mereka merasa tertekan.

2. Gejala negatif

Gejala ini mengacu pada berkurangnya atau bahkan tidak adanya karakteristik fungsi otak yang normal. Gejala ini mungkin muncul disertai atau tanpa adanya gejala positif. Gejala-gejala yang ditimbulkan antara lain:

Sulit mengekspresikan emosi
Menarik diri dari lingkungan sosial
Kehilangan motivasi
Tidak minat melakukan kegiatan sehari-hari
Mengabaikan kebersihan pribadi
Gejala-gejala tersebut seringkali dianggap sebagai kemalasan yang biasa dialami oleh tiap orang. Namun, hal itu ternyata keliru.

3. Gejala kognitif

Jenis gejala ini akan menimbulkan masalah pada proses berpikir. Tanda dan gejala yang mungkin timbul, antara lain:

Masalah dalam membuat informasi yang masuk akal dan dapat dimengerti
Sulit berkonsentrasi
Masalah pada memori otak
Selain ketiga gejala di atas, penyakit skizofrenia juga akan menimbulkan masalah pada suasana hati. Para penderitanya akan mengalami depresi, cemas, dan seringkali mencoba untuk bunuh diri. Gejala-gejala dari penyakit ini lambat laun dapat melumpuhkan para penderitanya. Sebab, hal ini sangatlah mengganggu kemampuan mereka untuk melakukan kegiatan rutin sehari-hari.

Namun, apabila penderitanya masih berusia remaja, gejala yang ditimbulkan sulit untuk dideteksi dan kemudian dianggap sebagai penyakit skizofrenia. Sebab, pada usia tersebut mereka pasti akan mengalami hal-hal ini yang ternyata merupakan gejala dari penyakit skizofrenia:

Menarik diri dari keluarga dan teman
Penurunan kinerja di sekolah
Sulit tidur
Cepat emosi
Namun, bila dibandingkan dengan orang dewasa, anak muda kurang cenderung mengalami khayalan dan lebih cenderung mengalami halusinasi visual.


Penyebab

Penyebab pasti dari penyakit skizofrenia belum diketahui. Namun, beberapa peneliti percaya bahwa penyakit ini dapat terjadi akibat unsur kimia pada otak bermasalah, termasuk neurotransmiter dopamin dan glutamat. Hal ini terlah dibuktikan dari sebuah studi neuroimaging yang menunjukkan perbedaan dalam struktur otak dan sistem saraf pusat dari penderita skizofrenia. Selain itu, para peneliti juga percaya bahwa faktor genetika dan lingkungan turut berkontribusi dalam perkembangan penyakit ini. Namun, ada beberapa faktor yang tampaknya dapat meningkatkan risiko penyakit ini timbul dan berkembang, seperti:

Kondisi hidup yang penuh stres
Sering mengkonsumsi obat psikoaktif selama masa remaja dan dewasa muda
Sering terkena paparan virus, racun, atau kekurangan gizi selama masa kehamilan, khususnya pada trimester pertama dan kedua


Pengobatan

Tidak ada cara pasti untuk mencegah penyakit skizofrenia. Namun, pengobatan dini dapat membantu mencegah kekambuhan dan memburuknya gejala yang timbul akibat dari penyakit ini. Bila tidak diobati, penyakit ini dapat menimbulkan masalah pada emosi, perilaku, dan kesehatan yang semakin lama akan semakin memburuk. Oleh karena itu, segeralah untuk memeriksakan diri ke dokter. Bila Anda telah menduga bahwa Anda mengalami skizofrenia, bicaralah ke dokter Anda. Sebab, dokter akan langsung meminta Anda untuk melakukan pemeriksaan. Beberapa jenis tes dan ujian yang umumnya dilakukan oleh dokter, antara lain:

Tes laboratorium
Dokter akan melakukan tes darah, misalnya dengan melakukan penghitungan sel darah secara lengkap (CBC). Hal ini dapat membantu Anda untuk menyingkirkan kondisi lain yang menimbulkan gejala serupa. Selain itu, dokter mungkin akan merekomendasikan kepada Anda untuk melakukan skrining untuk alkohol dan obat-obatan.

Tes pencitraan dengan menggunakan magnetic resonance imaging (MRI) dan computed tomography (CT) scan.
Evaluasi psikologis
Dokter akan memeriksa status mental Anda dengan cara mengamati penampilan dan sikap Anda. Dokter akan mengajukan pertanyaan seputar pikiran, suasana hati, khayalan, halusinasi, penyalahgunaan zat, dan potensi percobaan bunuh diri.

Bila dokter sudah menetapkan bahwa Anda mengalami penyakit skizofrenia, dokter pasti akan langsung merujuk Anda untuk melakukan pengobatan. Penyakit ini mruapakan suatu kondisi kronis yang mengharuskan penderitanya untuk melakukan pengobatan seumur hidup mereka walaupun gejala yang timbul juga telah mereda.
Anda dapat melakukan pengobatan dengan cara menggunakan obat-obatan atu dengan terapi psikososial.

1. Obat-obatan

Pengobatan dasar untuk mengatasi penyakit skizofrenia adalah dengan menggunakan obat-obatan. Obat antipsikotik adalah obat yang paling sering digunakan untuk mengobati penyakit ini. Jenis obat ini dapat mengontrol gejala karena obat ini dapat mempengaruhi neurotransmitter otak dopamin dan serotonin.

Pilihan pengobatan juga disesuaikan dengan keadaan dari penderitanya. Bila si penderita merupakan pribadi yang tidak disiplin dan pelupa, dokter mungkin akan memberikan obat dengan cara disuntikkan, bukan dalam bentuk pil yang sering dilupakan.

Selain itu, apabila si penderita adalah pribadi yang gelisah, dokter akan melakukan pengobatan awal dengan memberikan obat penenang, seperti benzodiazepin dan lorazepam (Ativan), di mana obat tersebut dapat dikombinasikan dengan obat antipsikotik. Berikut jenis-jenis obat yang dapat Anda gunakan untuk menangani penyakit ini:

Obat konvesional atau tipikal dan obat antipsikotik
Jenis obat ini memiliki efek samping neurologis yang berpotensi untuk mengembangkan gangguan pada gerakan (tardive dyskinesia). Beberapa macam dari jenis obat ini, antara lain Chlorpromazine, Fluphenazine, Haloperidol (Haldol), dan Perphenazine. Selain itu, Anda juga dapat menggunakan obat antipsikotik yang dapat mengontrol tanda dan gejala dari penyakit skizofrenia dengan dosis serendah mungkin.

Obat antipsikotik atipikal
Ini merupakan jenis obat baru yang juga digunakan untuk mengatasi penyakit skizofrenia. Obat ini juga lebih banyak disukai karena memiliki risiko efek samping yang ditimbulkan lebih rendah daripada obat konvensional. Efek samping dari jenis obat ini antara lain menambah berat badan, menimbulkan penyakit diabetes, dan kolestrol darah menjadi tinggi. Ada beberapa macam obat antipsikotik atipikal, misalnya Aripiprazole (Abilify), Clozapine (Clozaril, Fazaclo ODT), Olanzapine (Zyprexa), dan masih banyak lagi.

Dengan melakukan pengobatan dengan obat-obatan seperti di atas, kondisi Anda dapat Anda kelola dengan lebih mudah. Namun, karena banyak obat yang menimbulkan efek samping yang serius, banyak orang enggan untuk melakukan pengobatan dengan menggunakan obat-obatan.

2. Perawatan psikososial

Meskipun obat-obatan adalah landasan dari pengobatan penyakit skizofrenia, perawatan psikososial juga penting untuk dilakukan. Pada perawatan ini, Anda akan melakukan beberapa hal, seperti berikut:

Pelatihan keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi.
Terapi keluarga yang dapat memberikan dukungan dan pendidikan bagi keluarga yang berhubungan dengan penderita penyakit skizofrenia.
Rehabilitasi vokasional atau kejuruan dan dukungan pekerjaan guna membantu penderita skizofrenia untuk dapat mempertahankan pekerjaan mereka walaupun dalam kondisi krisis.
Terapi individu. Penderita akan diajari untuk mengelola stress dan mengidentifikasi tanda dan gejala sedini mungkin supaya mereka dapat menghindari kekambuhan.
Selain itu, bagi orang-orang yang memiliki risiko pada peningkatan penyakit skizofrenia dianjurkan untuk melakukan langkah-langkah proaktif, seperti menghindari penggunaan narkoba, mengurangi stres, dan tidur dengan cukup.

Dengan begitu, mereka dapat terbantu untuk meminimalkan gejala dan mencegah penyakit ini semakin memburuk. Dengan perawatan yang tepat, kebanyakan orang dengan skizofrenia dapat mengelola kondisi mereka.

Penyakit ini pernah diangkat dalam sebuah drama korea.


Drama SBS ‘It’s Okay It’s Love’ ini menerima penghargaan dari Asosiasi Schizophrenia Korea. Penghargaan tersebut diterima langsung oleh sutradara Kim Kyu Tae, penulis Noh Hee Kyung dan perusahaan produksi GT Entertainment dan CJE&M.

“It’s Okay, It’s Love” menaik perhatian karena ceritanya yang berkisah tentang penyakit mental seperti Schizophrenia, Obsessive Compulsive Disorder (OCD), dan Tourette Syndrome. Drama ini menuai pujian karena menampilkan penyakit mental dengan jujur namun dalam perspektif yang indah, terutama karena topik itu sangat sensitif dan sulit dijelaskan.
Banyak perhatian tertuju pada penyakit schizophrenia, yang menimpa karakter utama pria yaitu Jang Jae Yeol yang dimainkan Jo In Sung. Meskipun ia didiagnosa menderita penyakit mental, ia bisa mengatasinya melalui pertolongan orang di sekitarnya dan perawatan aktif. Karakter ini mampu membentuk opini publik bahwa penderita penyakit ini menjadi lebih positif dan empatik.

Direktur Asosiasi Schizophrenia Korea, Lee Joong Seo menyatakan,”Aku selalu merasa tidak tenang karena pandangan yang ditujukan pada penderita penyakit schizophrenia, yang bersama keluarganya, menjadi ragu untuk menerima perawatan karena pandangan negatif akan penyakit ini. Kami memberikan penghargaan karena drama ini memberikan harapan baru untuk penderita dan juga membantu menghilangkan tuduhan negatif di masyarakat.”

Setelah menerima plakat penghargaan, sutradara Kim Kyu Tae berkomentar,”Sebagai wakil dari seluruh tim produksi, aku ingin berterima kasih pada Asosiasi Schizophrenia atas perhatian mereka akan drama ini, juga untuk plakat penghargaannya. Kuharap drama ini menjadi kesempatan bagi orang banyak untuk melihat penderita penyakit mental lebih positif dan berempati.”


Senin, 09 Mei 2016

Teori dan Aplikasi Teori Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow

A.    Teori Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow
Abraham Maslow adalah salah satu ilmuwan yang banyak memberikan kontribusi bagi ilmu pengetahuan khususnya bidang psikologi dan manajemen. Bahkan ada yang menyebut bahwa Maslow adalah bapak manajemen modern. Pada awalnya pemikiran-pemikirannya banyak mewarnai dunia psikologi tetapi kemudian juga mewarnai bidang manajemen dan organisasi. Hal tersebut dikarenakan pemikiran-pemikiran Maslow berkaitan dengan kemanusiaan (humanity) yang pastinya akan berhubungan dengan semua aspek kehidupan. Teori-teori Maslow banyak dirujuk sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
Teorinya yang paling terkenal adalah teori motivasi hierarki kebutuhan (hierarchy of needs) milik Abraham Maslow. Ia membuat hipotesis bahwa dalam setiap diri manusia terdaat hierarki dari lima kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan tersebut adalah:
1.      Fisiologis: Meliputi rasa lapar, haus, berlindung, seksual, dan kebutuhan fisik lainnya,
2.      Rasa aman: Meliputi rasa ingin dilindungi dari bahaya fisik dan emosional.
3.      Sosial: Meliputi rasa kasih sayang, kepemilikan, penerimaan, dan persahabatan.
4.    Penghargaan: Meliputi faktor-faktor penghargaan internal seperti rasa hormat diri, otonomi, dan pencapaian, dan faktor-faktor penghargaan eksternal seperti status, pengakuan, dan perhatian.
5.   Aktualisasi diri: Dorongan untuk menjadi seseorang sesuai kecakapannya; meliputi pertumbuhan, pencapaian potensi seseorang, dan pemenuhan diri sendiri.
Maslow memisahkan lima kebutuhan ke dalam urutan-urutan yang lebih tinggi dan lebih rendah. Kebutuhan fisiologis dan rasa aman dideskripsikan sebagai kebutuhan tingkat bawah (lower-order needs); kebutuhan sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri sebagai kebutuhan tingkat atas (higher-order needs). Perbedaan antara kedua tingkatan tersebut didasarkan pada dasar pemikiran bahwa kebutuhan tingkat atas dipenuhi secara internal (di dalam diri seseorang), sementara kebutuhan tingkat rendah secara dominan dipenuhi secara eksternal (oleh hal-hal seperti imbalan kerja, kontrak serikat kerja, dan masa jabatan).
Kebutuhan Dasar 1 : Kebutuhan Fisiologis
Umumnya kebutuhan fisiologis bersifat neostatik (usaha menjaga keseimbangan unsur-unsur fisik) seperti makan, minum, gula, garam, protein, serta kebutuhan istirahat dan seks. Kebutuhan fisiologis ini sangat kuat, dalam keadaan absolut (kelaparan dan kehausan) semua kebutuhan lain ditinggalkan dan orang mencurahkan semua kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan ini.
Kebutuhan Dasar 2 : Kebutuhan Keamanan (Safety)
Sesudah kebutuhan keamanan terpuaskan secukupnya, muncul kebutuhan keamanan, stabilitas, proteksi, struktur hukum, keteraturan, batas, kebebasan dari rasa takut dan cemas. Kebutuhan fisiologis dan keamanan pada dasarnya adalah kebutuhan mempertahankan kehidupan. Kebutuhan fisiologis adalah pertahanan hidup jangka pendek, sedang keamanan
adalah pertahanan hidup jangka panjang.
Kebutuhan Dasar 3 : Kebutuhan Dimiliki dan Cinta (Belonging and Love)
Sesudah kebutuhan fisiologis dari keamanan relatif terpuaskan, kebutuhan dimiliki atau menjadi bagian dari kelompok sosial dan cinta menjadi tujuan yang dominan. Orang sangat peka dengan kesendirian, pengasingan, ditolak lingkungan, dan kehilangan sahabat atau kehilangan cinta. Kebutuhan dimiliki ini terus penting sepanjang hidup.
Ada dua jenis cinta (dewasa) yakni Deficiency atau D-Love dan Being atau B-love. Kebutuhan cinta karena kekurangan, itulah DLove; orang yang mencintai sesuatu yang tidak dimilikinya, seperti harga diri, seks, atau seseorang yang membuat dirinya menjadi tidak sendirian. Misalnya: hubungan pacaran, hidup bersama atau pernikahan yang membuat orang terpuaskan kenyamanan dan keamanannya. D-love adalah cinta yang mementingkan diri sendiri, yang memperoleh daripada memberi.
B-Love didasarkan pada penilaian mengenai orang lain apa adanya, tanpa keinginan mengubah atau memanfaatkan orang itu. Cinta yang tidak berniat memiliki, tidak mempengaruhi, dan terutama bertujuan memberi orang lain gambaran positif, penerimaan diri dan perasaan dicintai, yang membuka kesempatan orang itu untuk berkembang.
Kebutuhan Dasar 4 : Kebutuhan Harga Diri (Self Esteem)
Ketika kebutuhan dimiliki dan mencintai sudah relatif terpuaskan, kekuatan motivasinya melemah, diganti motivasi harga diri. Ada dua jenis harga diri :
     1. Menghargai diri sendiri (self respect) : kebutuhan kekuatan, penguasaan, kompetensi, prestasi,      kepercayaan diri, kemandirian, dan kebebasan.
      2. Mendapat penghargaan dari orang lain (respect from other) : Kebutuhan prestise, penghargaan dari orang lain, status, ketenaran, dominasi, menjadi orang penting, kehormatan, diterima dan apresiasi. Orang membutuhkan pengetahuan bahwa dirinya dikenal dengan baik dan dinilai dengan baik oleh orang lain.
Kebutuhan Dasar 5 : Kebutuhan Aktualisasi Diri
Akhirnya sesudah semua kebutuhan dasar terpenuhi, muncullah kebutuhan meta atau kebutuhan aktualisasi diri, kebutuhan menjadi sesuatu yang orang itu mampu mewujudkannya secara maksimal seluruh bakat –kemampuann potensinya. Aktualisasi diri adalah keinginan untuk memperoleh kepuasan dengan dirinya sendiri (Self fullfilment), untuk menyadari semua potensi dirinya, untuk menjadi apa saja yang dia dapat melakukannya, dan untuk menjadi kreatif dan bebas mencapai puncak prestasi potensinya. Manusia yang dapat mencapai tingkat aktualisasi diri ini menjadi manusia yang utuh, memperoleh kepuasan dari kebutuhan-kebutuhan yang orang lain bahkan tidak menyadari ada kebutuhan semacam itu.

Di dalam Hierarki kebutuhan Maslow bila individu telah dapat memenuhi kebutuhan pertama, kebutuhan fisiologis, barulah ia dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di atasnya, yaitu kebutuhan mendapatkan rasa aman. Setelah kebutuhan mendapatkan rasa aman, maka kebutuhan berafiliasi dan bersosialisasi dengan orang lain sebagai anggota masyarakat yang mendominasi dibandingkan kebutuhan lainnya. Ketika kebutuhan ini terpenuhi maka kebutuhan harga diri mempunyai kekuatan yang dominan di antara kebutuhan- kebutuhan lainnya. Contoh seorang yang lapar atau seorang yang secara fisik dalam bahaya tidak begitu menghiraukan untuk mempertahankan konsep diri positip (gambaran terhadap diri sendiri sebagai orang baik) dibandingkan untuk mendapatkan makanan atau keamanan.  Namun begitu, orang yang tidak lagi lapar atau tidak lagi dicekam rasa takut, kebutuhan akan harga diri menjadi penting. Ketika kebutuhan akan harga diri ini telah terpenuhi, maka kebutuhan aktualisasi diri menduduki tingkat yang paling penting. Kebutuhan aktualisasi diri adalah suatu kebutuhan untuk  mengoptimalkan potensi diri, suatu keinginan untuk menjadi apa yang dirasakan oleh individu karena mempunyai potensi mencapainya. Menurut Maslow bahwa hierarki kebutuhan ini merupakan suatu pola yang tipikal dan bisa dilaksanakan pada hampir setiap waktu (Thoha,2001:199).
Pemenuhan kebutuhan yang satu akan menimbulkan kebutuhan yang lain. Setiap orang mempunyai kebutuhan  yang berbeda-beda. Adakalanya seseorang untuk mencapai kebutuhan aktualisasi diri harus melewati pemenuhan kebutuhan mulai dari fisik, terus merangkak keaktualisasi diri. Sebaliknya ada orang lain yang tidak memerlukan waktu yag lama dalam satu tingkat, tahu-tahu sudah berada pada tingkat kebutuhan aktualisasi diri.
Satu konsep penting yang diperkenalkan Maslow adalah perbedaan antara kebutuhan dasar dan kebutuhan tumbuh. Kebutuhan dasar (fisiologis, rasa aman, cinta, dan penghargaan) adalah kebutuhan yang penting untuk kebutuhan fisik dan psikologis; kebutuhan ini harus dipenuhi. Sekali kebutuhan ini dipenuhi, motivasi seseorang untuk memenuhi kebutuhan ini surut. Sebaliknya kebutuhan tumbuh, contohnya kebutuhan untuk mengetahui dan memahami sesuatu, menghargai keindahan, atau menumbuhkan dan mengembangkan apresiasi (penghargaan) dari orang lain, tidak pernah dapat dipenuhi seluruhnya.  


B. Aplikasi Teori Hierarki Kebutuhan Maslow
Teori ini bila diaplikasikan dalam pendidikan, diharapkan  dapat mengoptimalkan efektivitas proses pembelajaran. Perguruan tinggi dapat memenuhi kebutuhan mahasiswa berdasarkan susunan hierarki kebutuhan Maslow. Dalam meningkatkan motivasi belajar mahasiswa, berikut ini saran aplikasi berdasarkan teori hierarki kebutuhan Maslow yang dapat digunakan dalam memenuhi kebutuhan mahasiswa :
     1.      Physiological Needs  
Dalam memenuhi kebutuhan fisik   perguruan tinggi dapat menyediakan fasilitas, seperti: kantin bersih dan sehat, ruangan kelas yang nyaman, toilet yang bersih dengan jumlah yang memadai,  waktu istirahat yang cukup untuk ke kamar kecil atau untuk minum, lingkungan belajar yang kondusif.
      2.      Safety Needs  
Kebutuhan akan rasa aman dapat dipenuhi, melalui:  mempersiapkan pembelajaran dengan baik (materi kuliah, media pembelajaran); sikap dosen yang menyenangkan, tidak menghakimi, dan tidak mengancam,  mengendalikan perilaku mahasiswa di kelas, menegakkan disiplin dengan adil, consistent expectations, lebih banyak memberikan penguatan perilaku (reinforcement) melalui pujian/ ganjaran atas segala perilaku positif mahsiswa daripada pemberian hukuman atas perilaku negatif.
     3.      Belongingness and Love needs 
Kebutuhan ini dapat dipenuhi melalui :
a.  Hubungan antara dosen dan mahasiswa :   Dalam hubungan antara dosen dan mahasiswa dosen, hendaknya: bersikap empatik, perhatian dan interest kepada mahasiswa, sabar, adil, mau membuka diri, positif, dan dapat menjadi pendengar yang baik;   memahami mahasiswa (kebutuhan, potensi, minat, karakteristik kepribadian dan latar belakangnya);   memberikan komentar dan umpan balik yang positif dari pada yang negatif; menghargai dan menghormati setiap pemikiran, pendapat, dan keputusan mahasiswa; menjadi penolong yang bisa diandalkan dan memberikan kepercayaan terhadap mahasiswa.
b.      Hubungan antara mahasiswa dengan mahasiswa  Dalam hubungan antara mahasiswa dengan mahasiswa dapat dilakukan dengan cara: mengembangkan situasi yang memungkinkan terciptanya kerja sama mutualistik dan saling percaya di antara mahasiswa; mengembangkan  diskusi kelas; peer tutoring; mengembangkan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), himpunan mahasiswa jurusan, dan kegiatan kemahasiswaan lainnya.
      4.      Esteem needs
Kebutuhan ini dapat dipenuhi dengan cara:
a.       Self-Estem (membangun rasa percaya diri mahasiswa),  seperti: mengembangkan pengetahuan baru berdasarkan latar belakang pengetahuan untuk membantu memastikan keberhasilan (scaffolding);  mengembangkan sistem pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan mahasiswa; fokus pada kekuatan dan aset mahasiswa; mengembangkan metode pembelajaran yang beragam; mempertimbangkan kebutuhan dan kemampuan mahasiswa ketika merencanakan dan melaksanakan pembelajaran; mengembangkan dan memberikan contoh strategi belajar pada mahasiswa; tidak menegur mahasiswa di depan umum; memberikan bantuan pada mahasiswa yang mengalami kesulitan; melibatkan mahasiswa untuk berpartisipasi dan bertanggung jawab di kelas.
b.      Penghargaan dari Pihak lain dengan cara: mengembangkan iklim kelas dan pembelajaran kooperatif di mana setiap mahasiswa dapat saling menghormati dan mempercayai, tidak saling mencemoohkan; menyelenggarakan pemilihan ketua senat/Badan Eksekutif Mahasiswa  secara terbuka;  mengembangkan program penghargaan atas pekerjaan, usaha, dan prestasi yang diperoleh mahasiswa; mengembangkan kurikulum yang dapat mengantarkan setiap mahasiswa untuk memiliki sikap empatik dan menjadi pendengar yang baik; berusaha melibatkan para mahasiswa dalam setiap pengambilan keputusan yang terkait dengan kepentingan para mahasiswa itu sendiri.
c.       Pengetahuan dan pemahaman, seperti: memberikan kesempatan kepada para mahasiswa untuk mengeksplorasi bidang-bidang yang ingin diketahuinya; menyediakan model pembelajaran yang memberikan tantangan intelektual melalui pendekatan discovery-inquiry; menyediakan topik-topik pembelajaran dengan sudut pandang yang beragam; memberikan kesempatan kepada para mahasiswa untuk berpikir filosofis dan berdiskusi.
d.      Aesthetic (Estetik ), berupa: menata ruangan kelas secara rapi dan menarik; memelihara sarana dan prasarana yang ada di sekeliling kampus; ruangan yang bersih dan wangi; tersedia taman kelas, dan kampus yang tertata indah.
      5.      Self-Actualization needs
Pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri dapat dilakukan dengan cara: memberikan kesempatan kepada para siswa untuk melakukan yang terbaik, memberikan kekebasan kepada mahasiswa untuk menggali dan menjelajah kemampuan dan potensi yang dimilikinya, menciptakan pembelajaran yang bermakna dikaitkan dengan kehidupan nyata, perencanaan dan proses pembelajaran yang melibatkan aktivitas metakognitif mahasiswa, melibatkan mahasiswa dalam proyek atau kegiatan “self expressive” dan kreatif. 

Pentingnya teori hierarki  kebutuhan Maslow dalam meningkatkan motivasi  belajar mahasiswa terletak dalam hubungan antara kebutuhan dasar dan kebutuhan tumbuh.   Perguruan tinggi hendaknya  menyadari bahwa apabila kebutuhan dasar dan kebutuhan tumbuh mahasiswa tidak dipenuhi, proses belajar pembelajaran dapat terganggu. Dalam kondisi seperti ini, perguruan tinggi  dapat mengatasinya dengan menyediakan  fasilitas kebutuhan fisik. Namun kebutuhan dasar yang paling penting adalah kebutuhan akan kasih sayang dan harga diri. Mahasiswa yang tidak memiliki perasaan bahwa mereka dicintai dan mereka mampu, kecil kemungkinannya memiliki motivasi belajar yang kuat untuk mencapai perkembangan ke tingkatan yang lebih tinggi.

Contohnya, pencarian pengetahuan dan pemahaman atas upaya mereka sendiri atau kreativitas dan keterbukaan untuk ide-ide baru yang merupakan karakteristik orang-orang yang mencapai aktualisasi diri. Mahasiswa yang tidak yakin bahwa mereka dapat dicintai atau tidak yakin dengan kemampuannya sendiri akan cenderung untuk membuat pilihan yang aman, misalnya bergabung dengan kelompoknya, belajar hanya untuk menghadapi ujian, mengerjakan tugas-tugas hanya sebatas kewajiban, tanpa ada minat untuk mengembangkan ide-ide kreatif. Dosen yang berhasil membuat mahasiswa merasa diterima dan dihormati sebagai individu, lebih besar peluangnya untuk membantu mereka menjadi bersemangat untuk belajar demi pembelajaran dan kesediaan berkorban untuk menjadi kreatif dan terbuka terhadap ide-ide baru. Apabila mahasiswa diharapkan menjadi individu yang mandiri, mereka harus yakin bahwa dosen merespon secara adil dan konsisten dan tidak menertawakan atau menghukum karena   melakukan kekeliruan.   Tujuan ideal pendidikan tinggi adalah mahasiswa  memiliki kompetensi dalam bidangnya, dan  bagaimana membuat pengetahuan dan informasi baru   bermanfaat dan berguna, sehingga hal tersebut dapat dipertahankan dan tetap berguna seumur hidup.  Untuk itu perguruan tingi perlu memenuhi setiap tingkatan kebutuhan mahasiswa terutama kebutuhan akan aktualisasi diri.  

Jumat, 06 Mei 2016

MAKALAH TEORI KEPERAWATAN JEAN WATSON

BAB I
PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang
           Keperawatan sebagai bagian integral pelayanan kesehatan merupakan  suatu bentuk  pelayanan professional yang didasarkan pada ilmu keperawatan. Pada perkembangannya  ilmu keperawatan selalu mengikuti perkembangan ilmu lain, mengingat ilmu keperawatanmerupakan ilmu terapan yang selalu berubah mengikuti perkembangan zaman.
           Demikian juga dengan pelayanan keperawatan di Indonesia, kedepan diharapkan harus mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat serta teknologi bidang  kesehatan yang senantiasa berkembang. Pelaksanaan asuhan keperawatan di sebagian besar  rumah sakit Indonesia umumnya telah menerapkan pendekatan ilmiah melalui proses keperawatan. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai Konsep Utama Teori dan Model Keperawatan Jean Watson.
1.2   Rumusan Masalah
1.    Bagaimana konsep utama keperawatan menurut Jean Watson?
2. Apakah ada faktor utama yang membentuk aktivitas perawatan menurut Jean Watson?

1.3   Tujuan Penulisan
1.    Mengetahui konsep keperawatan menurut Jean Watson.
2. Mengetahui Faktor utama yang membentuk aktivitas perawatan menurut Jean Watson.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Utama Teori dan Model Keperawatan Jean Watson
Jean Watson lahir pada tahun 1940, dia adalah Bachelor of Science dalam Keperawatan, Master of Science dalam Psychiatric / Mental Health Nursing dari University of Colorado - Danver, sertaPhD dalam Educational Psychology. Watson adalah pengarang banyak artikel, chapter/tulisan -singkat dalam buku, dan buku lainnya. Hasil penelitiannya adalah tentang manusia dan rasakehilangan.Teori Jean Watson yang telah dipublikasikan dalam keperawatan adalah “Human Science andHuman Care”. Watson percaya bahwa fokus utama dalam keperawatan adalah pada faktor care/perhatian pada perawatan yang asalnya dari humanistic perspective dan dikombinasikan dengandasar ilmu pengetahuan. Dalam keperawatan juga dikembangkan filosofi kemanusiaan, dan sistemsistem nilai, serta menggunakan seni perawatan yang baik. Teori Jean Watson ini ternyatamerupakan salah satu dari kebutuhan manusia dalam merawat pasien.



Tolak ukur pandangan Watson ini didasari pada unsur teori kemanusiaan. Pandangan teori JeanWatson ini memahami bahwa manusia memiliki 4 bagian kebutuhan dasar manusia yang salingberhubungan antara kebutuhan yang satu dengan kebutuhan yang lain. Berdasarkan dari empatkebutuhan tersebut, Jean Watson memahami bahwa manusia adalah makhluk yang sempurna danmemiliki berbagai ragam perbedaan, sehingga dalam upaya mencapai kesehatan, manusia seharusnyadalam keadaan sejahtera baik fisik, mental, sosial, serta spiritual.
Selain itu ada 7 (tujuh) asumsi dalam ilmu keperawatan, antara lain :
  1. Asuhan keperawatan dapat secara efektif didemonstrasikan dan dipraktekkan hanya secara interpersonal.
  2. Asuhan keperawatan berisi faktor care/perhatian pada perawatan yang hasilnya dapat memuaskanKebutuhan manusia yang memerlukan bantuan.
  3. Asuhan keperawatan yang efektif meningkatkan kesehatan dan berkembang ke arah perbaikan bagiindividu, serta keluarga.
  4. Respon asuhan keperawatan menerima seseorang tidak hanya pada saat di rawat saja, tetapi jugakemungkinan yang akan terjadi setelah pasien pulang.
  5. Asuhan keperawatan juga melibatkan lingkungan pasien, sehingga bisa menawarkan kepada pasienuntuk mengembangkan potensinya untuk memilih apa yang terbaik untuk dirinya saat itu.
  6. Asuhan keperawatan lebih “ healthogenic” dari pada pengobatan. Praktek asuhan keperawatanterintegrasi antara pengetahuan biofisikal dengan pengetahuan tentang perilaku manusia untuk meningkatkan kesehatan dan untuk memberikan bantuan / pertolongan kepada mereka yang sakit.
  7. Praktek asuhan merupakan sentral keperawatan.

2.2. Hubungan Teori Jean Watson dengan Konsep Utama Keperawatan:
Jean Watson membagi konsep utama keperawatan dalam 4 (empat) bagian, yaitu:
a.    Kemanusiaan (Human Beeing).
Menurut pandangan Watson orang yang bernilai nb agi dirinya atau orang lain dalam memberikanpelayanan keperawatan harus dapat memelihara, menghargai, mengasuh, mau mengerti danmembantu orang yang sedang sakit. Dalam pandangan filosofi umum, manusia itu mempunyaifungsi yang kompleks yang terintegrasi dalam dirinya. Selain itu manusia juga dinilai sempurna,karena bagian-bagian tubuhnya mempunyai fungsi yang sempurna; tetapi dalam fungsi perkembangannyadia harus selalu beradaptasi dengan lingkungan sosialnya. Jika adaptasi tersebut tidakberhasil, maka akan terjadi konflik (terutama kngi.onflik psikososial), yang berdampak padaterjadinya krisis disepanjang kehidupannya. Hal tersebut perlu mendapatkan asuhan, agar dapatditanggulangi.
b.    Kesehatan
Menurut WHO meliputi bagian positif dari fisik, mental, dan sosial yang baik. Akan tetapiWatson juga mempercayai bahwa ada beberapa faktor lain yang dibutuhkan untuk dimasukkandalam definisi sehat ini, yaitu:
·  Fungsi manusia secara keseluruhan baik fungsi fisik, mental, dan sosial seimbang/serasi
·  Adaptasi secara umum terhadap pertahanan dirinya sehari-hari dengan lingkunganny
·         Tidak adanya penyakit.
Asuhan kesehatan yang benar fokusnya pada gaya hidup, kondisi sosial, dan lingkungan :
·         Kesehatan adalah hubungan yang harmonis antara pikiran, tubuh, dan jiwa.
·  Kesehatan juga dihubungkan dengan tingkat kesesuaian antara apa yang dirasakan dengan apayang dialami.
c.    Lingkungan sosial
Salah satu variabel yang mempengaruhi masyarakat saat ini adalah lingkungan sosial. Masyarakatmemberikan nilai yang menentukan terhadap bagaimana seharusnya berkelakuan, dan tujuan apayang harus dicapai. Nilai - nilai tersebut dipengaruhi oleh lingkungan sosial, kultural, dan spiritual.
Asuhan keperawatan telah ada dalam masyarakat, karena setiap masyarakat biasanya mempunyaiseseorang yang care terhadap orang lain. Watson menyatakan bahwa merawat, dankeperawatan itu ternyata sangat dibutuhkan oleh setiap lingkungan sosial yang mempunyai beberapaorang yang saling peduli dengan yang lainnya. Sikap merawat tidak diturunkan dari generasi kegenerasi, melalui gen, tetapi diturunkan dari kebudayaan profesi sebagai suatu koping yang unik terhadaplingkungan.
d.    Keperawatan
Menurut Watson keperawatan fokusnya lebih pada promosi kesehatan, pencegahan penyakit,merawat yang sakit, dan pemulihan keadaan fisik. Keperawatan pada promosi kesehatan awalnyasama dengan mengobati penyakit. Dia melihat keperawatan dapat bergerak dari dua area, yaitu:masalah penanganan stres dan penanganan konflik. Hal ini dapat menunjang tersedianya perawatankesehatan yang holistik, yang dia percayai dapat menjadi pusat dari praktik keperawatan. Salah satuasumsi Watson mengatakan bahwa kondisi sosial, moral, dan ilmu pengetahuan sangat berkontribusiterhadap kondisi kesehatan manusia dan masyarakat, sehingga perawat perlu berkomitmen terhadappemberian asuhan kesehatan yang ideal melalui kajian teori, praktek, dan riset keperawatan.
Ada 10 faktor utama yang membentuk aktivitas perawatan, antara lain:
1. Membentuk sistem nilai humanistic altruistic
2. Membangkitkan rasa percaya dan harapan
3. Mengembangkan kepekaan kepada diri sendiri, maupun kepada orang lain
4. Mengembangkan hubungan yang sesuai harapan pasien / “helping trust”
5. Meningkatkan intuisi dan peka terhadap ekspresi perasaan baik positif, maupun negatif
6. Menggunakan metoda ilmiah “problem solving” yang sistematik untuk mengambil keputusan
7. Meningkatkan hubungan interpersonal “teaching-learning”
8. Memberi dukungan/support, melindungi, dan membantu memperbaiki kondisi mental, fisik,sosial-kultural, serta spiritual.
9. Bantuan yang diberikan dapat memuaskan kebutuhan manusia
10. Menghargai terhadap kekuatan yang dimiliki pasien.

2.3. Penerapan Teori Jean Watson
Pengkajian:
Pengkajian biofisik (Lower order needs): makanan, cairan, eliminasi, dan ventilasi.
  • Bagaimana pasien menilai tubuhnya ?
  • Apakah tubuhnya dalam batas normal sesuai dengan tinggi, berat, dan umur ?
  • Apakah pasien cukup mengkonsumsi kalori untuk menjaga pertumbuhan yang normal ?
  • Apakah dari pengkajian fisik, semua sistem berfungsi secara normal ?
  • Apakah hasil laboratorium menunjukan defisiensi nutrisi ?
Pengkajian psikofisik (Lower order needs): aktifitas tubuh, seksualitas
  •  Apakah body imagenya realita ?
  • Apakah ia berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan umum sesuai dengan umurnya ?
Pengkajian psikofisik (Higher order needs): kebutuhan untuk berprestasi, dan berfiliasi
  •  Apakah hubungannya dengan kelompok sebaya memuaskan ?
  • Bagaimana dia menilai kondisi seksualitasnya?
  •  Apakah lingkungan mendukung perkembangan pribadin
  •  Apakah pasien merasa mencintai dan dicintai ?
  • Apakah pasien merasa mempunyai otonomi pada dirinya ?
Pengkajian interpersonal (Higher order needs): kebutuhan untuk aktualisasi diri
  • Bagaimana perasaan pasien perasaan pasien mengenai dirinya ?
  • Apakah dia menyukai dunianya ?
  • Apakah dia merasa telah mencapai tujuan-tujuan dalam hidupnya ?

Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat dijabarkan sesuai dengan masalah yang ditemukan adalah :

  • Gangguan pada kebutuhan-kebutuhan biofisikal yang berhubungan dengan makanan, cairan, eliminasi dan ventilasi.
  • Gangguan konsep diri berhubungan dengan gangguan body image, rasa tidak percaya, dan lain-lain, Rusaknya gangguan interaksi sosial dan Ketergantungan atau kemandirian yang belum terselesaikan.

Perencanaan dan Implementasi
Pada perencanaan dan implementasi dianjurkan un tuk menggunakan “careative factor” : 
  • Membangun lingkungan yang “caring” melalui pemahaman yang empatik.
  • Mengembangkan hubungan “helping - trust” dengan meningkatkan perhatian terhadap perasaan takut terhadap hal - hal sebagai berikut: takut berat badan bertambah, marah terhadap rencana pengobatan atau perawatan, kesal terhadap wibawa seorang tokoh.
  • Menggunakan cara yang empati, hangat, dan sesuai untuk menciptakan komunikasi yang terbuka
  • Meningkatkan hubungan interpersonal “teaching –learning” dengan melibatkan pasien, misal: dalam merencanaan nutrisi 
  • Ajarkan pasien, bagaimana cara menghadapi konflik pada diri sendiri
  • Fasilitasi hubungan dengan keluarganya yang dapat dipergunakan untuk mengembangkan kemandirian
  • Identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan stres
  • Bantu untuk mengenali masalah seksual
  • Tingkatkan interaksi sosial pasien dan bantu untuk mengembangkan rasa puas dengan hasil interaksinya tersebut
  • Tekankan pada kepuasan terhadap kemampuan pribadi, dan jangan terlalu berharap terhadap kesempurnaan.


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
       1. Jean Watson membagi konsep utama keperawatan dalam 4 (empat) bagian, yaitu:
·         Kemanusiaan (Human Beeing)
·         Kesehatan
·         Lingkungan sosial
·         Keperawatan
2. Sepuluh faktor utama yang membentuk aktivitas perawatan, antara lain:
·         Membentuk sistem nilai humanistic altruistic
·         Membangkitkan rasa percaya dan harapan
·         Mengembangkan kepekaan kepada diri sendiri, maupun kepada orang lain
·         Mengembangkan hubungan yang sesuai harapan pasien / “helping trust”
·      Meningkatkan intuisi dan peka terhadap ekspresi perasaan baik positif, maupun negatif
·         Menggunakan metoda ilmiah “problem solving” yang sistematik untuk mengambil keputusan
·         Meningkatkan hubungan interpersonal “teaching-learning”
·   Memberi dukungan/support, melindungi, dan membantu memperbaiki kondisi mental, fisik, sosial-kultural, serta spiritual.
·         Bantuan yang diberikan dapat memuaskan kebutuhan manusia
·         Menghargai terhadap kekuatan yang dimiliki pasien.
3.2 Saran
Semoga model keperawatan Jean Watson ini bisa diterapkan dalam praktek keperawatan.


DAFTAR PUSTAKA

Hj. Dyah Setyorini, Skp, Etn. (2005). Garis-Garis Besar Program Pengajaran Mata Ajaran Teori dan Model Keperawatan. Bandung: Fakultas Ilmu Keperawatan – Universitas Padjadjaran.
Hidayat A. dan Alimul A. (2004). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.